Sedih Tanpa Alasan? Awas Kena Gangguan Hypophrenia!
A: Huhuhu aku sediiih banget!
B: Sedih kenapa?
A: ……..
B: Kok diem? Ayo cerita!
A: Aku enggak tahu.
B: Enggak tahu apa? Enggak tahu kamu sedih karena apa?
A: (ngangguk)
B: (speechless) (mengernyitkan dahi) (memandang kosong)
Pernah ada di posisi Si B enggak, sih? Perasaannya gimana? Bingung? Sudah pasti.
4. Adanya pengalaman traumatis
A: Huhuhu aku sediiih banget!
B: Sedih kenapa?
A: ……..
B: Kok diem? Ayo cerita!
A: Aku enggak tahu.
B: Enggak tahu apa? Enggak tahu kamu sedih karena apa?
A: (ngangguk)
B: (speechless) (mengernyitkan dahi) (memandang kosong)
Pernah ada di posisi Si B enggak, sih? Perasaannya gimana? Bingung? Sudah pasti.
Sebagian besar orang yang senasib sama
Si B pasti menganggap ulah Si A itu aneh. Bahkan mungkin, mereka kesal
dan marah, sebab merasa dipermainkan. Mana ada orang yang sedih tanpa
alasan? Normal enggak, tuh?
Nah, jawab saja; nangis tanpa alasan, apa normal? ketawa tanpa alasan, apa normal? Tentu ada sesuatu, bukan?
Namun jangan salah, ternyata di dunia psikologi hal tersebut (sedih tanpa alasan) memang eksis. Istilah kerennya hypophrenia. Jadi, sebaiknya kita jangan men-judge yang macam-macam dulu, ya.
Gangguan hypophrenia sendiri ditandai dengan gejala sebagai berikut:
1. Sedih Tanpa Alasan
Kami tidak tahu pasti, apa setiap orang
pernah mengalami hal seperti ini. Jadi ada saatnya seperti itu, kita
tiba-tiba merasa sedih. Mood yang tadinya stabil, anjlok begitu
saja. Bahkan ada yang mengaku, sebelumnya bisa cekikikan sama temen,
tapi beberapa menit kemudian malah sesenggukan tak karuan. Anehnya,
perasaan itu tidak memiliki latar belakang apapun. Well, kejadian ini bisa jadi gejala utama yang mengindikasikan, apa kita menderita gangguan hypophrenia atau enggak.
2. Sensitif
Tidak sedang datang bulan, tidak pula sedang ditagih utang atau tidak sedang nonton drama sad ending,
kita tiba-tiba jadi sensitif. Bawaannya ketus terus. Bahkan hal yang
memicunya bisa sangat sederhana. Sedikit-sedikit merasa kecewa, sedih
dan marah.
3. Perasaan Kehilangan Mendalam
Bagi penderita hypophrenia,
rasa sedih memang muncul begitu saja. Namun sebenarnya bisa dikaitkan
dengan masa lalu pahit atau pengalaman buruk yang tak terlupakan.
Salah-satunya yaitu kehilangan. Entah itu kehilangan orang terkasih,
pudarnya rasa percaya diri, raibnya kepercayaan, dst.
Pengalaman lain yang mengundang gangguan hypophrenia yaitu
sesuatu yang traumatis. Sebagaimana kita tahu, trauma itu suatu rasa
yang enggak mudah hilang. Waktu panjang bukan jaminan. Kita bisa saja
mengalihkannya – sementara – namun bukan sesuatu yang mustahil kalau
efeknya datang tiba-tiba.
Berikut ini beberapa cara yang bisa mengatasi gangguan hypophrenia:
1. Curhat
Kita pasti bingung, kenapa bisa tetiba
murung. Diri sendiri saja enggak bisa menjawabnya, apalagi kalau orang
lain bertanya. Hal itu tentu akan menambah rasa frustasi. Alhasil, kita
selalu mengakhirinya dengan menyendiri. Namun walau bagaimanapun,
mengkomunikasikan adalah suatu cara yang lebih bijak ketimbang
memendamnya. Utarakan saja pada orang yang kita percaya. Bisa keluarga
atau sahabat. Seenggaknya, sesuatu yang mengganjal bisa dikeluarkan.
Bukankah ada sensasi plong pasca mencurahkan segalanya?
2. Jauhi Kesendirian
Menyendiri memang kadang kita perlukan,
ya. Namun dalam keadaan bersedih, apalagi rasa itu datang mendadak,
sebaiknya kita tidak memilih opsi untuk menyendiri. Bisa dibayangkan
kalau sedang sendirian? Kita bisa terus nangis, meluk bantal sampai
basah, mendengarkan lagu-lagu galau, dst. Bisa nambah kacau tuh!
3. Konsultasikan Pada Ahlinya
Tentu tahu maksudnya ‘kan, siapa yang
dibicarakan di sini? Yep! psikolog atau psikiater. Jadi kalau gejala
‘mendadak sedih’ ini sudah melampaui level normal, kita jangan sampai
tinggal diam. Enggak mau ‘kan kesedihan mendadak itu mengganggu
aktivitas sehari-hari kita?
4. Berdoa
Cara ini bisa jadi pilihan utama yang
gampang-gampang susah. Gampang, karena kita enggak perlu tempat atau
waktu tertentu, enggak perlu bayar jasa konsultasi juga. Allah Swt ‘kan
Maha Baik, Maha Kuasa, Maha Segalanya. Susahnya itu, kita mesti
benar-benar memasrahkan diri dan yakin seyakin-yakinnya akan kekuasaan
Tuhan. Insya Allah hati akan lebih damai dan bawaannya ringan.
Kadang kita mesti terus mengingatkan
diri sendiri, kalau kita ini tidak pernah benar-benar sendirian. Banyak
bahu tempat kita bersandar. Banyak pula pintu tempat kita keluar. Asal
pilih, bahu dan pintu mana yang baik dan benar. #RD
0 komentar:
Posting Komentar